7/29/07

Semangat Baru

Begitu banyak pilihan kita dalam menjalankan hidup ini. Tetapi terlalu sedkit yang harus dapat kita raih. Tak apalah. Kelompok Kerja Anak Indonesia Gembira, kini telah berhasil mendirikan dua buah radio untuk anak-anak di Cibubur dan Parung. Radio komunitas ini disuport penuh oleh Sekolah Alam Cikeas dan School of Universe. Radio berbasis anak-anak ini telah beroperasi sebagai radio komunitas yang diperuntukan bagi anak-anak. Tujuannya, agar anak-anak Indonesia mampu dan dapat menyalurkan gagasan-gagasannya dengan perangkat radio.

Jauh sebelumnya, kami juga pernah mendirikan radio khusus untuk anak-anak di perkampungan kumuh, tepatnya di pembuangan sampah Bantar Gebang. Semuanya ini merupakan bentuk komitmen untuk melayani rakyat. Upaya lainnya, saat ini Anak Indonesia Gembira, juga melakukan kegiatan di Pesantren Langensari, Majalengka. Pada saat ini, langkah-langkah observasi tengah berjalan. Semoga kami dapat melakukan pengabdian lebih lanjut. Salam

5/1/07

Nasib Buruh Perkebunan teh

Sesiang hari ini demonstrasi berbanjar rapih sepanjang jalan Thamrin,Jakarta. Ini bukan sebuah pemberontakan. Yang jelas, persoalan buruh di negri ini masih banyak menyimpan masalah. Akar pasalnya, karena penguasa belum mampu mengurus ekonomi neri ini berdasarkan kepantasan hidup sebagai laiknya manusia normal. Kenyataannya, acapkali kita mendengar bagaimana nasib buruh terlunta-lunta sampai titik darah penghabisan.

Demikian halnya buruh di perkebunan teh. Sejak jaman penjajahan Belanda nasib buruh perkebunan teh terlunta-lunta tanpa nasib yang pasti. Mereka hidup dalam cekungan penderitaan yang panjang. Akibatnya, anak-anak mereka tidak mempunyai kejelasan nasib, apalagi masa depan, jangan kita harapkan. Mereka masuk dalam lingkaran kemiskinan yang terus menerus, bertahun-tahun bahkan berabada-abad. Mereka, telah dipenjarakan kemiskinan sampai anak cucunya.

Hari ini adalah hari buruh internasional. Yang jelas, buruh bukan hanya di pabrik-pabrik, buruh juga di sini di perkebunan, hidupnya tersiksa sampai anak cucu. Dan Cikoneng adalah wujud nyata dari korban dari sistem perkebunan yang menindas.

4/30/07

BILA AKU TUNA RUNGGU

Aku mencoba membayangkan, seandainya aku seorang tuna runggu. Hidup menjadi sangat sepi. Tapi ku dapat melihat apa yang ada di depan mata. Kita tiada dapat mendengar musik klasik atau suara desir angin yang melintas di sesentugan kulit. Dan dalam kesepian itu, aku selalu mencari; kemana hilangnya suara-suara yang dikeluarkan dari atap langit.

Bilamana aku membayangkan seorang anak bisu tuli, sungguh terasa sendirian di tengah-tengah keramaian bunyi. Tak kukenali bunyi jangkrik menjelang malam, juga suara anak-anak berlarian diantara pematang sawah. Sungguh sepi dunia ini. Seolah tiada nada dan bunyi. Aku, maka, sangat sendirian.

Sukit rasanya aku dapat merasakan dunia yang kosong itu. Mereka hidup dalam ruang lurus, tiada yang dapat merasakan, selain anak-anak itu. Kini, aku baru mengerti, bahwa anak-anak tuna runggu sepanjang hidup dalam kesepian tiada bertepi. Adakah kita dapat mendengar rintihan ini. Seandainya aku seorang tuna runggu, aku akan mencari kemana hilangnya bunyi ? (Nor Pud Binarto)

4/29/07

Mengenang Bu Baron


Tidak mungkin,rasanya, melupakan sesuatu yang telah diingatkan. Sesuatu yang jauh melebihi kemampuan kemanusiaanku. Ketika peristiwa itu datang, maafkan, aku harus berbagi pada siapa pun yang mencintai kemanusiaan. Sungguh perjalanan untuk meyakinkan, bahwa semuanya telah hadir seketika, tidaklah mudah.

PADESAN, entah apa artinya. Yang jelas kutahu bahwa nama itu diperkenalkan oleh seorang sahabat. Ibu ini bernama Baron Sutadisastra(Alm). Melalui beliau, aku diajak berkelana pada apa yang kemudian aku pahami sebagai keberpihakan terhadap orang-orang yang tengah dilanda kesulitan. Sungguh, aku sangat bersyukur berkenalan dengan Bu Baron.

Semula aku mengenal beliau sebagai bu AN. Nama itu menyembunyikan, siapa sesungguhnya yang ada di baliknya. Usut punya usut, Bu AN adalah singkatan dari ANONIM. Itulah semangat yang ada dalam jiwa kemanusiaan seorang ibu yang berbakti untuk orang-orang miskin sampai akhir khayatnya. Sementara PADESAN adalah bukti nyata kecintaan Bu Baron terhadap orang-orang yang tersisihkan.

Selama bertahun-tahun beliau menyebarkan ajaran KOMTAL atau Komunikasi Total, sebuah metode pengajaran yang diterapkan pada anak-anak tuna runggu. Cita-cita itu masih melekat dalam ingatan. Oleh karenanya adalah amanah almarhum padaku, untuk kembali membangun komitmen dan keberpihakan pada anak-anak tuna runggu.

Sebuah sekolah tuna runggu didirikan bu Baron di perkampungan padat di desa PASIR TARITI, Rangkas Bitung. Sekolah Luar Biasa PADESAN menampung anak-anak tuna runggu dari kalangan miskin. Jumlahnya sebanyak 50 siswa. Kelak, secara khusus aku akan mengulas perjalanan SLB ini.

4/26/07

DENIAS di Cikoneng


Film merupakan instrumen komunikasi yang paling komprehensif dalam seni pertunjukan. Setidaknya, film diharapkan memberi ruang representasi bagi para penikmatnya. Dengan maksud agar kesenian dapat "berbicara" dengan caranya sendiri, terhadap anak-anak dan masyarakat, kami mencoba melakukan hizrah atristik untuk mendekati kesadaran kognitif warga masyarakat Cikoneng.

Harapannya, dengan menonton film yang baik-setidaknya dalam katagori kami- maka, masyarakat dapat memperoleh dorongan untuk melakukan sesuatu yang bermakna dalam proses sosialnya. Dalam kerangka semangat semacam ini, pemutaran film DENIAS di tengah-tengah warga Cikoneng, membuktikan sebuah semangat untuk merayakan kehendak untuk mengubah suatu kondisi agar, kelak kemudian akan lebih baik.

Memang, belum tentu tujuan itu akan tercapai. Karena, sangat boleh jadi film tetap hanya sekedar tontonan, bukan sebuah cara penyadaran. DENIAS, kini menemui komunitas anak-anaknya. Mereka diajak melakukan negasi multikultural antara Papua dan perkebunan teh di Cikoneng. Semoga bermanfaat, kelak.

4/25/07

Orang-Orang Rangkasbitung


Artikel ini mengambil judul dari sajak pamletnya WS Rendra. Ya, Rangkasbitung atau Lebak, memang dari miskin di barat pulau Jawa. Di sana, kami membantu sebuah Sekolah Luas Biasa. Meraka adalah anak-anak yang lain, seperti mengalami bisu tuli atau mempunyai hambatan fisik lainnya. Nah, Tim Kerja ANAK INDONESIA GEMBIRA hari Sabtu ini akan meluncur ke daerah itu.

Selain mendistribusikan beragam kebutuhan sekolah di SLB Lebak, kami akan bermain dengan mereka. Untuk itu kami mengajak teman-teman terlibat dalam kegiatan ini. Setelah itu, kami berencana akan keliling Banten, melakukan observasi guna mencari beberapa sekolah yang mengalami kerusakan fisik.

Semoga langkah kita kali ini dapat dirasakan oleh adik-adik kita di Lebak. Dengan bermodalkan semangat, upaya memahami kehidupan rakyat, akan terus kami kerjakan. Tidak ada yang terlalu muluk-muluk, semata hanya ingin melakukan langkah-langkah yang dirasakan oleh rakyat, terutama oleh anak. Dan kalau ingin bergabung, kami akan berangkat pada Sabtu pukul 6 pagi. Berkumpul di Jl Alama Elok I/7 Pondok Indah Jakarta Setan. Yang berminat dapat sms di 0811 86 11 85

Semangat Menghidupi sebuah Komunitas


Apa sebenarnya yang dapat kita maknai dalam transformasi demokrasi di negri kita ini ? Semula, kami adalah para aktivis, penulis, jurnalis dan juga pekerja kemanusiaan. Di tengah-tengah perubahan politik di Indonesia, kata-kata demokratisasi hanyalah sebuah wacana, yang enak untuk dibicarakan, tapi tidak mudah dijalankan. Melalui pengalaman yang panjang, kami menemukan esensi dari demokrasi yakni; melibatkan diri kami, dalam kehidupan sosial secara langsung, hidup bersama rakyat dan memberi inspirasi bagi banyak orang.

Macam-macam cara sudah kami tempuh, gagal dan berhasil telah kami rasakan. Namun yang paling mendasar; bagaimana pemikiran kita dapat langsung dirasakan oleh rakyat itu sendiri. Pilihannya, adalah bekerja dan mengabdi pada masyarakat. Tak mudah, memang. Pasalnya, kita juga terikat pada komitmen moral untuk membawa bangsa Indonesia untuk hidup lebih baik.

Pendidikan, lalu kami terjemahkan lebih lanjut. Yakni, pendidikan bagi anak-anak di kalangan miskin. Bermodalkan kekerasan hati, selama kurun 10 tahun terakhir, akhirnya kami memutuskan sebagai pelayan rakyat. Dan untuk menjadi pelayan rakyat, toch tak harus menjadi birokrat. Menjadi orang biasa, sambil melayani serta mengajak teman-teman terlibat dalam gerakan kemanusiaan,ternyata, kita menemukan begitu banyak sahabat.

Pekerjaan mendidik, lalu kami artikulasikan lebih kecil. Antara lain, mendidik anak-anak miskin di pelbagai pelosok tanah air. Dari kelompok kerja kami, sudah banyak tersebar. Mulai dari pedalaman Kalimantan sampai di Aceh. Sedangkan jaringan kami di Jakarta bergerak di wilayah terdekat, antara lain di Cikoneng, Bantar Gebang, teluk Gong, Kampung Melayu, Cipinang Bali, Bekasi, dan tempat-tempat lainnya. Terimkasih Anda telah menjadi bagian dari kesederhanaan ini.